🎍 Pada Hutan Gunung Leuser Terdapat Khas Hutan

Daridefinisi dan penjelasan tentang kawasan hutan, terdapat unsur-unsur meliputi: 1. Suatu wilayah tertentu. 2. Terdapat hutan atau tidak terdapat hutan. 3. Ditetapkan pemerintah (menteri) sebagai kawasan hutan. 4. Didasarkan pada kebutuhan serta kepentingan masyarakat. ZonaMontane (termasuk zona sub montane,terletak 1000 - 1500 mdpl). Zona montane merupakan hutan montane. Tegakan kayu tidak lagi terlalu tinggi hanya berkisar antara 10 - 20 meter. Tidak terdapat lagi jenis tumbuhan liana. Lumut banyak menutupi tegakan kayu atau pohon. Kelembaban udara sangat tinggi dan hampir setiap saat tertutup kabut. Tamannasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis. Dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Gunung Leuser memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu: Permasalahanyang timbul adalah berdasarkan larvanya, spesies kupu-kupu apa sajakah yang terdapat di hutan Evergreen TN. Baluran, berapa indeks keanekaragaman jenis dan hostplant apakah yang paling disukai oleh kupu-kupu tersebut? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kupu-kupu di hutan Evergreen TN. KawasanEkosistem Leuser (KEL) yang terdiri dari Taman Nasional Gunung Leuser dan Hutan Lindung serta Hutan Masyarakat merupakan Warisan Dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO Dasar Hukum Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No 811/Kpts/UM/1980 dengan luas 792.675 ha. Mendongengmenjadi agenda TNGL di hari ketiga Pekan Lingkungan Indonesia 2015. Kegiatan ini dilaksanakan di main stage Assembly Hall, JCC. Puluhan anak mendengarkan dongeng yang dibawakan oleh Mama Cella. Dongeng mengisahkan tentang Nadine, Deyva dan Kiya yang tersesat di hutan. Tak sengaja mereka melihat pemburu liar yang menangkap orangutan. Cerita berlanjut hingga Polisi Hutan menemukan [] Berwisatamemandikan gajah menjadi daya tarik wisatawan saat menikmati pesona keindahan Ekowisata Tangkahan yang berada di Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera utara. Suasana Hutan Leuser dengan pemandangan alam yang dipenuhi pepohonan rimbun yang berada di Desa Tangkahan menjadi area perlintasan para gajah jika mencari Aceh Selatan, April 2018) Petugas Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah I Tapaktuan menyita Kucing Hutan Sumatera (Felis bengalensis sumatrana) dari tangan beberapa orang pemuda di jalur lintas Tapaktuan - Medan, Desa Fajar Harapan, Kec. Pasie Raja, Aceh Selatan pada Sabtu (7/4). Kejadian berlangsung pada pukul 14.15 WIB. Hewan yang dilindungi itu kemudian digiring ke Kantor [] Liputan6com, Medan - Polisi Hutan (Polhut) dari Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Stabat, menangkap 2 orang tersangka pemanfaatan hasil hutan kayu tanpa disertai dokumen yang sah di daerah Kecamatan Sawit Sebrang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.Kepala BPTN Wilayah III Stabat Sapto Aji Prabowo mengatakan, pihaknya telah menyita barang bukti berupa 1.050 gagang cangkul berbahan BY2RQ. Taman Nasional Gunung Leuser merupakan salah satu kawasan konservasi yang berada di Aceh. Kawasan dengan luas lahan hektar ini mencakup berbagai tipe ekosistem, sehingga berbagai jenis satwa dan tumbuhan yang dapat dijumpai sangat beragam. Bentangan alam di TNGL juga sangat mempesona, terlebih lagi beberapa area kawasan ini pada mulanya adalah tempat wisata. Hal tersebut menjadi nilai tambah tersendiri, sehingga sayang untuk melewatkan panorama taman nasional ini. Sejarah Taman Nasional Gunung Leuser Kondisi Alam Taman Nasional Leuser 1. Letak dan Topografi 2. Iklim dan Hidrologi 3. Ekosistem dan Zonasi Flora dan Fauna Taman Nasional Leuser 1. Flora 2. Fauna Kegiatan dan Destinasi Wisata 1. Sungai Alas 2. Hutan Rekreasi Gurah 3. Hutan Sekundur 4. Suaka Margasatwa Kluet 5. Stasiun Rehabilitasi Orangutan 6. Gunung Leuser 7. Pendakian Gunung Kemiri 8. Gunung Simpali 9. Gunung Perkinson 10. Lau Pengurukan Sejarah Taman Nasional Gunung Leuser Sebenarnya pengusulan pembentukan taman nasional di kawasan Aceh Barat sudah terjadi sejak lama. Diketahui bahwa pada tahun 1928 FC Van Heurn telah mengusulkan daerah Alas, Kluet, Sungai Tripa, dan seluruh tipe ekosistem seluas total hektar kepada pihak Belanda selaku pemerintah kala itu. Pada tahun 1934 A Ph Van Ahen, Gubernur Aceh, mendirikan Suaka Alam dari Gunung Leuser seluas hektar. Setelah itu kawasan konservasi di sekitarnya juga ditetapkan, yaitu Suaka Margasatwa Gunung Leuser, Suaka Margasatwa Kluet, Suaka Margasatwa Langkat, dan Suaka Margasatwa Sikundur. Selanjutnya pada bulan Desember 1976 kawasan konservasi tersebut diperluas dengan menambahkan Suaka Margasatwa Kappi, Taman Wisata Sikundur, dan Taman Wisata Lawe Gurah. Tidak lama kemudian, status kawasan konservasi yang terdapat di Gunung Leuser kemudian menjadi Taman Nasional Gunung Leuser. Keputusan tersebut dikeluarkan berdasarkan Surat Pernyataan Menteri Pertanian dengan menambahkan Hutan Lindung dan Hutan Produksi seluas hektar, sehingga total keseluruhan taman nasional menjadi hektar. Kondisi Alam Taman Nasional Leuser 1. Letak dan Topografi Secara geografis Taman Nasional Gunung Leuser terletak pada koordinat antara 02°55’ – 04° 05’ Lintang Utara dan 96° 30’ – 98° 35’ Bujur Timur. Sementara secara administratif kawasan ini berada di lima kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Langkat, dan Kabupaten Tanah Karo. Kelima kabupaten tersebut meliputi wilayah di dua provinsi, yaitu Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan Provinsi Sumatera Utara. Adapun kondisi topografi di taman nasional ini yaitu datar, berbukit, bergunung-gunung, sampai dengan curam. 2. Iklim dan Hidrologi Suhu udara rata-rata di Taman Nasional Gunung Leuser antara 21,1° – 27,5° Celcius dengan curah hujan berada pada kisaran – mm per tahun. Curah hujan paling tinggi berada di kawasan Leuser dan Simpali, sedangkan yang paling rendah di kawasan Lembah Alas yang hanya mm. Adapun musim penghujan berlangsung sepanjang tahun, tanpa kemarau yang berarti. Kelembaban udara di kawasan ini berada di antara 62% – 100% atau rata-rata per tahunnya 86,9%. Sungai yang mengalir di taman nasional ini yaitu Sungai Alas dan Sungai Mammas, serta anak sungai yang berada di deretan Leuser-Simpali dan juga Alas bagian barat. 3. Ekosistem dan Zonasi Beberapa tipe ekosistem yang ada di Taman Nasional Gunung Leuser yaitu ekosistem mangrove atau bakau, ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, ekosistem hutan tropis pegunungan, serta ekosistem pegunungan sub-alpin. Ada delapan zona yang diterapkan oleh pihak taman nasional dalam mengelola kawasan ini. Kedelapan zona tersebut adalah zona inti, zona riba, zona pemanfaatan, zona rehabilitasi, zona tradisional, zona religi, zona khusus, dan juga zona abu-abu. Flora dan Fauna Taman Nasional Leuser Ada banyak sekali ragam flora dan fauna yang dapat dijumpai di Taman Nasional Gunung Leuser. Mulai dari spesies yang familiar dan kerap ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, kelompok endemik Pulau Sumatera, sampai spesies yang tergolong langka dan hampir punah. 1. Flora Jumlah flora yang berhasil diidentifikasi di Taman Nasional Gunung Leuser lebih dari jenis tumbuhan. Flora tersebut juga bervariasi mulai dari pohon dengan buah yang dapat dikonsumsi hingga tumbuhan jenis langka. Steemit Kelompok tumbuhan dengan buah yang dapat dimakan antara lain dua spesies durian hutan Durio exyleyanus dan Durio zibethinus, rambutan hutan Nephelium lappaceum, jeruk hutan Citrus macroptera, duku Lansium domesticum, rambai Baccaurea montleyana, dan juga menteng Baccaurea racemosa. Selain itu juga ada rukem Flacourtia rukem, limus yang memiliki buah seperti mangga Mangifera foetida dan Mangifera guardrifolia. Semua spesies tersebut adalah sumber plasma nutfah yang memiliki prospek jangka panjang yang cerah untuk dikembangkan. Flora langka yang tumbuh di taman nasional yang berasal dari kawasan Gunung Leuser yaitu pohon payung raksasa Johanesteisjmania altifrons, liana dengan bunga parasit yang diameternya bisa mencapai 1,5 meter Rhizanthes zippelnii, dan juga Rafflesia atjehensis. Dapat pula dijumpai anggrek sepatu Paphiopedilum liemianum dan kantong semar Nepenthes sp.. 2. Fauna Tercatat ada lebih dari 127 jenis mamalia yang menghuni kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Sementara itu kelompok aves diketahui berjumlah 387 jenis dengan 350 spesies yang menetap. Bahkan juga diketahui ada sekitar 89 spesies satwa yang tergolongkan langka hidup di taman nasional ini. Pixabay Beberapa spesies langka tersebut adalah badak sumatera Dicerorhinus sumatrensis, orangutan atau mawas Pongo abelii, rusa sambar Cervus unicolor, kucing hutan Prionailurus bengalensis-sumatrana, dan siamang Hylobates syndactylus. Sementara itu ada pula kambing hutan Capricornis sumatraensis, rangkong Buceros bicornis, serta gajah Sumatera Eephas maximus-sumatranus dan harimau Sumatera Panthera tigris-sumatrae yang merupakan dua spesies endemik di Pulau Sumatera. Adapun satwa lain yang juga dapat dijumpai di Taman Nasional ini yaitu tupai Callosciurus albescens, kelinci Sumatera Nesolagus netscheri, ungko atau kedih Presbytis thomasi, dan tikus hoogerwerfi Rattus hoogerwerfi. Kelompok reptil yang paling banyak dijumpai di kawasan ini adalah spesies buaya Crocodillus sp. dan juga ular berbiasa. Adapula jenis ikan endemik yang hidup di Sungai Alas yaitu ikan jurung Tor sp., ikan ini memiliki ukuran panjang yang bisa mencapai 1 meter. Kegiatan dan Destinasi Wisata Ada banyak sekali obyek wisata yang dapat dikunjungi di Taman Nasional Gunung Leuser. Oleh sebab itu berbagai kegiatan pun dapat dilakukan dengan lebih menyenangkan di kawasan ini. Mulai dari kegiatan yang sederhana seperti pengamatan satwa, sampai yang cukup ekstrem seperti arung jeram dan mendaki gunung. 1. Sungai Alas Salah satu sungai yang berada di Taman Nasional Gunung Leuser adalah Sungai Alas. Sungai ini biasanya digunakan oleh para pengunjung untuk melakukan olahraga arung jeram. Sambil berarung jeram menyusuri aliran air deras dan ganas yang menuju Kabupaten Aceh Selatan, pengunjung juga dapat menikmati pesona dari hutan tropis serta pemukiman tradisional masyarakat di tepian sungai. 2. Hutan Rekreasi Gurah Hutan Rekreasi Gurah atau juga biasa disebut sebagai Taman Wisata Lawe Gurah merupakan salah satu lokasi yang menarik untuk dikunjungi di taman nasional ini. Panorama yang dimiliki hutan ini sangat mempesona dengan berbagai jenis flora, danau, air terjun, lokasi pengamatan satwa, dan juga sumber mata air panas. Pihak pengelola wisata juga telah menyediakan trek khusus untuk pengunjung yang ingin trekking. Trekking dimulai di Gurah, kemudian berlanjut sampai ke sumber mata air panas yang berada di dekat Sungai Alas. Waktu yang dibutuhkan biasanya sekitar dua jam dengan jarak sejauh 5 km. Ada juga menara pandang yang dapat digunakan pengunjung mengamati kehidupan yang ada di hutan hujan Leuser. Selain itu jika pengunjung ingin menikmati sensasi hidup menyatu dengan alam, maka dapat berkunjung ke area perkemahan yang berlokasi di kawasan hutan atau dapat menginap di guest home. 3. Hutan Sekundur Selain Hutan Rekreasi Guruh, ada juga Hukan Sekundur yang berada di Sekundur, Langkat, Sumatera Utara. Kawasan seluas hektar ini memiliki gua alam serta panorama yang masih begitu alami. Apabila datang di waktu yang tepat, pengunjung dapat berjumpa dengan berbagai spesies satwa liar seperti gajah dan rusa. Selain itu, pengunjung bisa camping juga di kawasan sini. 4. Suaka Margasatwa Kluet Suaka Margasatwa Kluet merupakan kawasan yang didominasi oleh ekosistem hutan pantai seluas hektar. Oleh sebab itu kegiatan yang cocok dilakukan di sini adalah bersampan di sungai dan danau, menikmati panorama alam di pantai, serta menjelajahi gua alam. Meskipun begitu sebagai habitat harimau Sumatera, pengunjung dihimbau untuk berhati-hati. 5. Stasiun Rehabilitasi Orangutan Pusat rehabilitasi satwa langka orangutan ini memiliki luas sekitar 200 hektar dan berlokasi di antara Bahorok dan Bukit Lawang, Langkat, Sumatera Utara. Menariknya tidak hanya orangutan yang bisa dijumpai di sini, melainkan juga berbagai spesies dan kelompok primata lainnya 6. Gunung Leuser Gunung Leuser merupakan puncak gunung tertinggi yang berada di Taman Nasional Gunung Leuser, nama kawasan taman nasional juga diambil dari gunung ini. Ketinggiannya mencapai meter di atas permukaan laut. Mongabay Sebagai gunung tertinggi, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncaknya adalah sekitar 14 hari. Meskipun begitu pengunjung harus memastikan fisik dan mental sudah kuat karena perjalanannya cukup berat. Pendakian dimulai dari Desa Angusan yang berada di bagian sebelah barat Blangkejeren. 7. Pendakian Gunung Kemiri Gunung Kemiri adalah puncak gunung tertinggi kedua yang berada di Taman Nasional Gunung Leuser. Ketinggian gunung ini mencapai meter di atas permukaan laut. Pengunjung yang menyukai petualangan alam dapat mendaki puncak gunung ini dengan waktu sekitar lima sampai enam hari. Sepanjang perjalanan pengunjung akan menjumpai berbagai satwa seperti siamang, gibon, dan juga orangutan. 8. Gunung Simpali Puncak gunung lain yang dapat didaki ini berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mendaki Gunung Simpali sekitar satu pekan dengan titik awal berada di Desa Engkran, lalu menyusuri Lembah Lawe Mamas. Lembah ini menjadi lokasi habitat dari salah satu hewan langka yaitu badak. Terdapat pula Sungai Lawe Mamas yang mempunyai arus sangat deras, sehingga menjadi tantangan sendiri bagi para pengunjung. Sungai ini bersatu dengan Sungai Alas yang berlokasi sekitar 15 km di bagian utara Kuracane. 9. Gunung Perkinson Salah satu keberuntungan bagi pengunjung yang mendaki ke puncak Gunung Perkinson adalah salah satu titik perjalanan akan dijumpai bunga unik dan langka, Rafflesia. Bunga ini tumbuh di kawasan yang berada pada ketinggian sekitar meter di atas permukaan laut serta hutan lumut yang mempesona. Lama waktu tempuh untuk mendaki puncak gunung setinggi meter di atas permukaan laut adalah sekitar tujuh hari. 10. Lau Pengurukan Lau Pengurukan adalah surga bagi pengunjung yang tertarik menjelajahi gua alam. Pasalnya di kawasan ini ada banyak sekali gua seperti Gua Pintu Air. Gua Pintu Angin yang merupakan gua terpanjang dengan lorong sejauh 600 meter berlubang vertikal. Ada pula Gua Palonglong yang juga mempunyai lubang vertikal, Gua Patu, Gua Pasar, Gua Rizal, Gua Pamuite, dan Gua Pasugi. Cara untuk mencapai lokasi ini jika tidak membawa kendaraan pribadi yaitu dimulai dari kota Medan dengan menumpangi bus jurusan Bukit Lawang. Setelah itu pengunjung dapat menyewa mobil yang biasanya berjenis Jeep Land Rover. Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Dusun Tanjung Naman sekitar satu jam. Setelah itu barulah berjalan kaki menuju Lau Pengurukan kurang lebih dua jam. ? Taman Nasional Gunung Leuser TNGL berada di perbatasan Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Di Nangroe Aceh Darussalam, TNGL berada di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, dan Gayu Luwes dan di Sumatera Utara berada di Kabupaten Langkat. Taman Nasional Gunung Leuser diambil dari nama Gunung Leuser yang mempunyai ketinggian 3404 meter di atas permukaan laut. Taman Nasional yang terkenal kecantikannya ini meliputi ekosistem asli dari pantai hingga pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis, dikelola dengan sistem zonasi yang bertujuan untuk penelitian, ilmu pendidikan, budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Gunung Leuser mempunyai 3 manfaat yaitu sebagai sistem penyangga kehidupan, sebagai tempat pengawetan keanekaragaman berbagai jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya. Taman Nasional Gunung Leuser merupakan panorama alam dan ?paru-paru? dunia yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai cagar alam nasional sejak tahun 1980 dan ditetapkan sebagai warisan dunia Cagar Biosfir oleh UNESCO pada tahun 2004. Hutan Gunung Leuser sangatlah lebat, seperti hutan pantai dan hutan hujan tropika. Di dalamnya terdapat beberapa sungai, danau, sumber air panas, lembah, dan air terjun. Ekosistem di dalamnya terdapat dataran rendah pantai hingga pegunungan. Terdapat bermacam satwa langka dan dilindungi terdapat disini, seperti kucing hutan, harimau sumatera, badak sumatera, gajah sumatera, rangkong, orang utan, siamang, ular, kupu-kupu, burung, kambing hutan dan rusa sambar. Selain itu terdapat pula tumbuhan langka semacam tumbuhan pencekik atau ara dan buang raksasa ?Rhizanthes Zippelnii? yang berdiameter meter, bunga Raflesia dan daun payung raksasa. Terdapat enam lokasi utama wisata di Taman Nasional Gunung Leuser, yaitu Bojorok atau Bukit Lawang yang sangat terkenal sebagai kawasan konservasi orang utan. Kluet yang terkenal dengan wisata goanya dan wisata bersampan di danau dan sungai. Gunung Leuser juga sering digunakan untuk lokasi wisata petualangan seperti mendaki dan memanjat gunung. Sungai alas yang sering digunakan sebagai lokasi wisata olahraga arum jeram. Hutan Sekunder yang rajin dijadikan tempat perkemahan, pengatan satwa, dan wisata goa. Yang terakhir adalah Gurah, sebuah lokasi untuk menikmati panorama alam yang sangat indah dengan berbagai tumbuhan unik dan langka, sekaligus tempat pengamatan berbagai satwa yang langka dan dilindungi. Akses menuju Taman Nasional Gunung Leuser dapat melewati jalur Medan ? Kutacene yang berjarak sekitar 240 km atau 8 jam dengan mobil, Kutacene ? Guran/Ketambe yang mempunyai jarak lebih kurang 35 km atau 30 menit dengan mobil, Medan ? Bohorok/Bukit Lawang berjarak sekitar 60 km atau selama 1 jam dengan mobil, Medan ? Sei Betung/Sekundur jaraknya sekitar 150 km atau 2 jam dengan mobil, Medan ? Tapaktuan sekitar 260 km atau 10 jam perjalanan dengan mobil. Taman Nasional Gunung Leuser merupakan salah satau kawasan perlindungan flora dan fauna terbesar di Asia Tenggara. Diperkirakan terdapat jenis flora di taman nasional ini. Tumbuhan langka yang terdapat di dalam kawasan taman nasioanl antara lain dari jenis Rafflesia, yaitu Rafflesia acehensis dan Rafflesia zippelni. Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser TNGL meliputi hutan rawa di pantai barat Aceh hingga ke kawasan hutan lebat tropis yang berada di dataran rendah bagian tengah. Masyarakat dunia menyebut Taman Nasional Gunung Leuser sebagai salah satu paru-paru dunia. Di dalam kawasan taman nasional hidup empat jenis hewan yang paling langka di dunia, yaitu harimau, badak, gajah, dan orang utan. Dengan ketinggian lebih dari mdpl menyebabkan hutan di kawasan taman nasional ini kaya akan berbagai spesies Anggrek. 1. Letak dan Luas Taman Nasional Gunung Leuser Taman Nasional Gunung Leuser secara geografis terletak antara 2° 55’ – 4° 5’ Lintang Utara dan 96° 30’ – 98° 35’ Bujur Timur. Kawasan ini terletak di pulau Sumatera dan mencakup dua provinsi, yaitu Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan Provinsi Sumatera Utara. Taman nasional ini pula termasuk ke dalam 5 wilayah administratif, yaitu Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Langkat, dan Kabupaten Tanah Karo. Taman nasional Gunung Leuser memiliki luas sebesar hektare dengan batas kawasan sepanjang sekitar 850 km. Sebagian besar wilayah taman nasional ini berada di Pegunungan Bukit Barisan Aceh Tenggara dan sebagian yang lainnya berada di Aceh Timur, Aceh Selatan, dan Langkat. Taman nasional ini membentang lebih dari 100 km sepanjang Pegunungan Bukit Barisan dari pantai barat Sumatera di ujung barat daya hingga kurang dari 25 km pantai timur di ujung timur laut. Taman Nasional Gunung Leuser mencakup Suaka Margasatwa Gunung Leuser ha, Suaka Margasatwa Kappi ha, Suaka Margasatwa Kluet ha, Suaka Margasatwa Sikundur ha, Suaka Margasatwa Langjat Selatan ha, Taman Wisata Lawe Gurah ha, Taman Wisata Sikundur ha, serta Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas ha. [read more] 2. Iklim dan Topografi Suhu udara rata-rata di kawasan taman nasional ini minimum adalah °C dan maksimum °C. Musim hujan berlangsung merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang nyata. Curah hujan tertinggi tercatat mm di sekitar barisan Leuser-Simpali dan Sibolangit, dan menjadi lebih rendah ke arah pantai mm. Curah hujan terendah tercatat di daerah Lembah Alas yaitu sebesar mm. Tingkat curah hujan di kawasan ini bervariasi dan bergantung pada ketinggian, secara umum curah hujan berkisar antara mm/tahun. Antara bulan Maret-April dan September-Oktober merupakan bulan dengan curah hujan tertinggi yang tercatat selama dua periode di pantai barat. Taman nasional ini memiliki kelembaban udara rata-rata sekitar 86,9%. Kelembapan udara di sini berkisar antara 62% sampai mendekati 100%. Secara fisik kawasan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu belahan timur dan belahan barat dengan dibatasi oleh celah yang dekat dengan Kutacane. Kawasan ini, terutama di bagian tengah dialiri oleh Sungai Alas dan Mammas dengan anak-anak sungai dari barisan Leuser-Simpali dan Alas sebelah barat. 3. Sejarah Kawasan Secara berurutan berikut adalah sejarah kejadian yang berkaitan dengan Taman Nasional Gunung Leuser. Waktu Deskripsi Kejadian Sejarah 9 Mei 1928 FC Van Heurn mengusulkan kepada pemerintah Belanda agar membentuk semacam taman nasional di daerah Aceh Barat. Kawasan yang diusulkan seluas ha, meliputi seluruh dataran antara Alas, Kluet, dan Sungai Tripa, serta mencakup seluruh tipe ekosistem dari pantai hingga pegunungan. Tahun 1934 Saat A Ph Van Ahen yang telah menjadi Gubernur Aceh kemudian mendirikan Suaka Alam bagian pertama dari Gunung Leuser sebagai Wildceservaat Goenoeng Leoser dengan luas ha. Tahun 1934-1938 Ditetapkan beberapa kawasan konservasi di wilayah tersebut, yaitu Suaka Margasatwa Gunung Leuser dengan luas ha SK No. 317/35, Suaka Margasatwa Kluet dengan luas ha SK ZB No. 122/AGR, Suaka Margasatwa Langkat, dan Suaka Margasatwa Sikundur. Desember 1976 Kawasan konservasi di wilayah tersebut diperluas dengan ditambahkannya Suaka Margasatwa Kappi dengan luas ha Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 697/Kpts/Um/12/1976, Taman Wisata Sikundur, dan Taman Wisata Lawe Gurah. 6 Maret 1980 Berdasarkan Surat Pernyataan Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1980 dideklarasikan bahwa semua kawasan konservasi yang berada di wilayah Gunung Leuser digabung dengan kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi seluas ha menjadi Taman Nasional Gunung Leuser dengan luas sekitar ha. Selain itu, diumumkan juga empat Taman Nasional lain di Indonesia yang merupakan taman nasional pertama di Indonesia. Tahun 1981 Kawasan taman nasional ini dinyatakan sebagai Cagar Biosfer oleh UNESCO setelah sebelumnya ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia World Heritage Site dan sebagai Sister Parks kerja sama Indonesia-Malaysia. 23 Mei 1997 Dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 276/Kpts-VI/1997 untuk mengukuhkan penetapan status kawasan Taman Nasional Gunung Leuser dengan luas ha. 4. Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem Taman Nasional Gunung Leuser menyimpan potensi kekayaan sumber daya hutan yang sangat melimpah. Hal ini dibuktikan dengan melimpahnya keanekaragaman hayati di kawasan ini. Lengkapnya biodiversitas di taman nasional ini juga disebabkan oleh lengkapnya jenis ekosistem yang ada. Keanekaragaman Ekosistem Taman Nasional Gunung Leuser Jenis ekosistem yang ada di taman nasional ini di antaranya adalah ekosistem mangrove bakau, hutan hujan tropis dataran rendah, hutan tropis pegunungan hingga ekosistem pegunungan subalpin. Sebagian besar kawasan hutan didominasi oleh jenis-jenis dari suku Dipterocarpaceae, seperti meranti, keruing, dan kapur. Salah satu jenis yang menonjol adalah kapur Dryobalanops aromatica. Ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang didominasi oleh pohon Dipterocarpaceae menutupi sekitar 12% kawasan dan hutan hujan submontana menutupi sekitar 48% kawasan yang terletak antara 600 hingga mdpl. Hutan hujan submontana ditandai dengan tajuk yang lebih rendah dengan tonjolan tertinggi kurang dari 30 m. Tumbuhan yang tumbuh di ekosistem ini di antaranya adalah Pirola sumatrana, Swerina bimaculatus, Valeriana, Ranunculus, Aenemona, dan Gentiana. Pada ketinggian lebih dari mdpl terdapat hutan lumut sejati yang dasar hutan dan pohon-pohonnya tertutupi oleh lumut. Vegetasi rawa di Taman Nasional Gunung Leuser ditemukan pada lembah-lembah yang basah di sekitar ketinggian mdpl. Vegetasinya ditandai oleh rumput-rumput rendah dan ilalang Carex sp., diselingi terna dan semak belukar yang kerdil seperti Rhododendron sp., Vaccinium sp., Parnassia sp., dan Gentiana sp.. Keanekaragaman Flora Terdapat lebih dari jenis tumbuhan, juga pohon buah yang dapat dimakan, antara lain durian hutan Durio exyleyanus dan Durio zibethinus, jeruk hutan Citrus macroptera, rambai/semacam buah menteng Baccaurea montleyana, menteng Baccaurea racemosa, duku Lansium domesticum, rukem Flacourtia rukem, rambutan hutan Nephelium lappaceum, limus/semacam mangga Mangifera foetida dan Mangifera guardrifolia. Jenis-jenis tersebut merupakan sumber plasma nutfah dan mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan. Terdapat tiga jenis tumbuhan langka yang terkenal dan khas dari kawasan Gunung Leuser, yaitu Johanesteisjmania altifrons pohon payung raksasa, Rafflesia atjehensis dan Rhizanthes zippelnii liana berbunga parasit dengan diameter hingga m, selain tiga tumbuhan di atas juga terdapat Anggrek Sepatu Paphiopedilum liemianum, dan Kantong Semar Nepenthes sp.. Keanekaragaman Fauna Terdapat sekitar 387 jenis burung 350 jenis merupakan jenis yang menetap, lebih dari 127 jenis mamalia, 15 jenis tikus, 13 jenis kelelawar, dan 17 jenis bajing. Sedikitnya tercatat 89 jenis satwa langka di taman nasional ini. Satwa langka yang terdapat di Taman Nasional Gunung Leuser TNGL di antaranya adalah Mawas/Orang Utan Pongo abelii Siamang Hylobates syndactylus Gajah Sumatera Eephas maximus sumatranus Badak Sumatera Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Kambing Hutan Capricornis sumatraensis Rangkong Buceros bicornis Rusa Sambar Cervus unicolor Kucing Hutan Prionailurus bengalensis sumatrana Di antara jenis-jenis tersebut yang termasuk ke dalam satwa endemik adalah badak sumatera, harimau dan gajah sumatera. Selain itu, berikut adalah satwa endemik yang ada di Taman Nasional Gunung Leuser Kambing Gunung Sumatera Capricornis sumatraensis Tupai Callosciurus albescens Kelinci Sumatera Nesolagus netscheri Ungko/Kedih Presbytis thomasi Tikus Hoogerwerfi Rattus hoogerwerfi 5. Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser Kawasan ini secara budaya termasuk ke dalam lingkup budaya Aceh Selatan yang lebih dipengaruhi oleh budaya Minangkabau. Penduduk asli daerah ini terdiri atas dua kelompok etnik yang berbeda, yaitu Suku Alas dan Suku Gayo. Di bagian Utara Lembah Alas dan gunung-gunung sebelah utara penduduknya kebanyakan termasuk ke dalam Suku Gayo. Suku Alas secara tradisional menghuni wilayah bagian selatan, khususnya Lembah Alas utama. Dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi migrasi, sehingga suku-suku lain pun terdapat di sekitar kawasan taman nasional ini. Masyarakat yang bermigrasi ini biasanya dari Suku Batak Karo, masyarakat Mandailing, Singkil, dan Jawa. Perkampungan yang besar terdapat di Lembah Alas yang tidak lain adalah pasar Kutacane. Sejumlah daerah kantong enclave terdapat di sebelah utara kawasan sepanjang Kutacane sampai Jalan Blangkejeren. Blangkejeren dan Langkat merupakan daerah penyangga yang terletak tepat di luar perbatasan sebelah utara taman nasional. Keragaman pemanfaatan lahan di daerah penyangga cukup tinggi. Dari segi parameter tekanan penduduk, kondisi lahan daerah penyangga cukup kritis. Kerusakan hutan di taman nasional ini disebabkan oleh adanya kegiatan-kegiatan seperti kilang papan pembuatan jalan yang melewati kawasan taman nasional perambahan lahan tekanan penduduk tekanan sosial ekonomi tekanan pembangunan kurangnya pengertian dan kesadaran 6. Wisata Alam di Taman Nasional Gunung Leuser Sungai Alas Di dalam taman nasional terdapat Sungai Alas yang banyak digunakan wisatawan untuk berolahraga arung jeram. Anda penggemar olahraga arung jeram? Anda dapat mencoba keganasan Sungai Alas yang mengalir menuju Kabupaten Aceh Selatan sambil menikmati panorama keindahan alam hutan tropis Aceh dan perkampungan rakyat tradisional. Hutan Rekreasi Gurah Hutan Rekreasi Gurah atau Taman Wisata Lawe Gurah memiliki lokasi yang menarik, selain panorama alamnya yang indah. Di sini terdapat sumber mata air panas, danau, air terjun, pengamatan satwa dan tumbuh-tumbuhan. Pengelola hutan wisata ini membangun jalur jalan untuk pengunjung yang menyukai trekking dan juga menara pandang agar wisatawan dapat mengamati kehidupan hutan hujan Leuser. Kawasan trekking di hutan wisata ini dimulai dari Gurah hingga ke sumber mata air panas di dekat Sungai Alas dengan waktu tempuh selama dua jam dan jarak tempuh sekitar 5 km atau ke kawasan air terjun pada jarak sekitar 6 km. Pengunjung juga dapat bermalam di perkemahan yang berada di kawasan hutan wisata ini. Penginapan guest home terdapat di Gurah dan Balailutu. Hutan Wisata Sekundur Hutan wisata ini memiliki luas ha dan terletak di Sekundur, Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Destinasi wisata alam yang bisa kita coba di antaranya gua-gua alam dan panorama alam yang masih sangat alami. Selian itu, kita juga dapat bertemu dengan berbagai satwa liar, seperti gajah, rusa, dan burung-burung khas TNGL. Daerah ini juga merupakan camping ground yang sangat baik sehingga kita dapat melakukan aktivitas nuansa alam di sini. Suaka Margasatwa Kluet Suaka margasatwa ini memiliki luas sekitar ha dan terletak di Aceh Selatan, Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Ekosistem di suaka margasatwa ini dominan adalah ekosistem hutan pantai. Kegiatan yang dapat dilakukan di sini di antaranya adalah bersampan di sungai atau danau, melihat panorama hutan pantai, dan menjelajah gua alam. Namun, di daerah sini kita harus lebih berhati-hati karena di sini merupakan habitat dari Harimau Sumatera. Stasiun Rehabilitasi Orangutan Bahorok Stasiun rehabilitasi Orangutan Bahorok memiliki luas 200 ha dan terletak di Bahorok-Bukit Lawang, Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Selain Orangutan, di sini juga terdapat berbagai jenis burung dan primata lainnya. Lokasi ini berjarak sekitar 96 km atau sekitar 2,5 jam perjalanan dengan menggunakan transportasi umum dari Terminal Pinang Baris, Medan. Gunung Kemiri Gunung dengan ketinggian mdpl ini memiliki puncak tertinggi kedua di Taman Nasional Gunung Leuser. Perjalanan ke puncaknya memerlukan waktu lima hingga enam hari. Selama trekking di jalur ini Anda dapat menyaksikan hewan-hewan seperti orang utan, siamang, dan gibon. Gunung Leuser Gunung Leuser adalah gunung yang ketinggiannya mencapai mdpl yang berada di kawasan taman nasional. Jika memiliki stamina prima mungkin anda dapat mendaki hingga ke puncaknya dengan waktu perjalanan 14 hari. Trekking ke puncak Leuser di mulai dari Desa Angusan, sebelah barat Blangkejeren. Gunung Perkinson Gunung Perkinson berada di sisi timur taman nasional dan trekking hingga ke puncak gunung setinggi mdpl ini membutuhkan waktu 7 hari. Dalam perjalanan ke puncak dapat menemui bunga Rafflesia pada ketinggian mdpl dan juga hutan lumut. Gunung Simpali Gunung Simpali memiliki ketinggian mdpl dan perjalan hingga ke puncaknya memerlukan waktu satu minggu, di mulai dari Desa Engkran kemudian menyusuri lembah Lawe Mamas. Di kawasan ini hidup hewan langka badak. Sungai Lawe Mamas merupakan sungai berarus deras yang menyatu dengan Sungai Alas, sekitar 15 km di utara Kutacane. Lau Pengurukan Di destinasi wisata alam Lau Pengurukan kita dapat melihat dan menjelajahi gua-gua alam, seperti Gua Pintu Air, Gua Pintu Angin, Gua Patu, Gua Rizal, Gua Palonglong, Gua Pamuite, Gua Pasar, dan Gua Pasugi. Gua Pintu Angin merupakan gua terpanjang yang memiliki lorong hingga 600 meter. Gua Pintu Angin dan Gua Palonglong merupakan gua dengan lubang yang vertikal. Lau Pengurukan dapat dicapai dari Medan dengan menggunakan bus jurusan Bukit Lawang, dilanjutkan dengan menggunakan mobil sewaan jenis Jeep Land Rover menuju Dusun Tanjung Naman selama satu jam, kemudian berjalan kaki selama dua jam menuju Lau Pengurukan. 7. Akses Taman Nasional Gunung Leuser memiliki beberapa pintu masuk, yaitu Lawu gurah dan Ketambe, Bahorok-Bukit Lawang dan Sikundur-Besitang. Akses yang dapat dicapai dengan mudah adalah melewati Medan. Rute menuju Taman Nasional Gunung Leuser dapat melalui Medan-Kutacane-Lawu Gurah Jalur ini berjarak sekitar kurang lebih 275 km dan ditempuh dengan kendaraan umum bus atau taksi selama 6-7 jam. Frekuensi kendaraan umum dari Medan Terminal Bus Pinang Baris ke Kutacane sekitar 15 kali/hari dan Kutacane ke Lawe Gurah/Ketambe dengan menggunakan bus frekuensinya 2 kali/hari. Lawe Gurah adalah Taman Wisata yang berjarak 43 km dari Kutacane. Di Kutacane sendiri terdapat stasiun penelitian lapangan Orangutan. Medan-Bahorok/Bukit Lawang Medan-Bahorok/Bukit Lawang berjarak kurang lebih 91 km dan ditempuh dengan kendaraan umum selama kurang lebih jam. Di Bahorok terdapat tempat stasiun rehabilitasi Orangutan. Referensi Informasi Pariwisata Nusantara Visit Indonesia Supriatna J. 2014. Berwisata Alam di Taman Nasional. Jakarta ID Yayasan Obor Indonesia [/read]

pada hutan gunung leuser terdapat khas hutan